Perbandingan Metode Ber-Iqro’

Sekarang, coba dibuat sebuah perbandingan antara metode dalam beriqro'
a. Instrument
Iqro’ Bismirobbik menggunakan semua instrumen diri secara optimal dan proporsional. Instrument indra, rasio, dan spiritual diciptakan oleh Alloh SWT untuk membaca ayat-ayat-Nya. Namun ketiga instrumen ini masih belum memadai, karena memiliki keterbatasan. Karena itu manusia memerlukan wahyu sebagai instrumen membaca, yaitu sebagai pedoman dan referensi hidup yang pasti. Seseorang yang tidak mau menggunakan instrumen ini secara optimal tidak akan mencapai kebenaran yang hakiki. Mereka yang dapat menggunakan instrumen ini secara padu disebut ulul albab, yaitu orang-orang yang membaca ayat-ayat Alloh di alam semesta dengan keterpaduan dzikir dan fikir (QS 3/ali Imron :190-191)

Iqro’ Bismi ghoirihi membaca dengan menggunakan instrumen-instrumen diri tanpa dilengkapi dengan wahyu ilahi. Akibatnya mereka sering terjebak dalam keterbatasan instrumen itu sendiri. Indra hanya menghasilkan bacaan yang objektif indrawi. Ia sering tertipu. Tongkat yang dimasukkan ke dalam air tampak bengkok, padahal kenyataannya tidak. Karena itu sangat naif bila manusia tidak percaya Tuhan lantaran tidak pernah melihat-Nya dengan mata fisiknya. Demikian juga rasio, ia memiliki keterbatasan yaitu obyektif rasional. Hal-hal yang tidak rasional tidak dapat dijangkau oleh rasio. Begitu pula spiritual, ia sangat subyektif.
b. Motivasi
Fakta yang dibaca bisa sama, tetapi kesimpulan dan aksi seseorang dari membaca itu bisa berbeda.hal yang membuat berbada itu adalah motivasi membacanya. Seseorang yang membaca denga iqro’ bismirobbik melandaskan secara ikhlas karena Alloh. Secara verbal ia melafalkan bismillah dan secara ruhani ia membersihkan hatinya dari motivasi nafsu. Misalnya pada saat melihat kemiskinan, seseorang yang membaca karena Alloh akan timbul rasa ingin menolong secara ikhlas.
Seseorang yang motivasinya bukan karena Alloh, terjebak berbagai kepentingan. Karena pada saat hati manusia tidak diisi dengan kebesaran Alloh, maka syaitan akan meniupkan motivasi lain (harta, tahta, syahwat). Akibatnya orang itu akan menyimpulkan hasil bacaannya sesuai dengan motivasiya sendiri. Aksi yang dihasilkan juga terjebak pada motivasi itu. Terhadap kemiskinan yang dilihat, bukan pertolongan yang dilakukan, tetapi bisa saja menjadi pemberdayaan atau bahkan provokasi demi kepentingan nafsunya.
c. Yang diikuti
Seseorang yang beriqro bismirobbik akan mengikuti petunjuk Alloh SWT sebagai petunjuk yang tertinggi. Ia akan menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi hidup untuk masa lalunya dan masa depannya. Kebenaran akhir dirujukkan kepada wahyu. Sikap inilah yang membuat seorang mu’min tidak kehilangan arah dalam menjalani perarungan pemikiran dan kehidupan.
Tanpa ikuan yang pasti, manusia akan terjebak pada persangkaan hawa nafsu (QS an-Najm: 23) dan thaghut (QS 2 : 257). Inilah akibat dari iqro’ yang tidak membawa asma Robb.
d. Yang dituju
Konsistensimembaca dengan asma Robb berarti menjadikan Alloh SWT satu-satunya pelindung. Sikap inilah yang akan mengundang pertolongan Alloh kepada hamba-Nya, Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dari kegelapan menuju cahaya. Sebaliknya, orang yang terjebak dalam katan hawa nafsu, persangkaan dn thogut akan menuju arah yang berlawanan, yaitu dari cahaya menuju kegelapan.

Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS 2/al-Baqoroh : 257)

e. Akibatnya
Hasil dariiqro’ bismirobbi melahirkan kesadaran iman. Edangkan bagi mereka yang beriman akan semakin bertambah kualitas keimanannya. Aksi yang dihasilkan dari mereka ini adalah amal sholeh yang juga akan menambah ahala dan iman.
Sebaliknya, orang beriqro tanpa landasan asma Robb, tidak dapat membaca alam sebagai ayat-ayat Alloh. Semakin tinggi imunya tidak membuatnya semakin beriman tetapi justru akan semakin bertambah kesombongannya. Bahkan ayat-ayat Al-Qur’an yang nyata-nyata sebagai petunjuk bagi orang-orang muttaqin dipolitisir demi kepentingan pribadi-pribadi pencari kepuasan hawa nafsu. Ayat Al-Qur’an bukan dijadikan pedoman, tapi hanya sekedar untuk pembenaran tindakan yang mereka lakukan.
Di sinilah peran strategis iqro’ bismirobbik sebagai bimbingan awal untuk merubah orientasi hidup manusia. Dari belenggu jahiliyah diarahkan kepada cahaya petunjuk. Dari keterikatan kepada hawa nafsu dan cinta dunia diarahkan kepada pribadi-pribadi berwawasan dan bervisi ukhrowi (berkaitan dengan akhirat). Sehingga dengan iqro’ bismirobbik ini pula diharapkan orang-orang beriman akan dapat membuka tabir dari setiap ayat-ayat Alloh dan akan menghantarkannya menuju kesadaran iman yang tinggi untuk mencapai ma’rifatullah, dan akan merasakan nikmatnya berdekat-dekat dengan Alloh sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar