Faktor Pendorong Dipilihnya Sistematika Wahyu sebagai Manhaj

1. Landasan Al-Qur'an
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,(QS 5/al-Maa'idah :48)
Manhaj yang disebutkan Alloh SWT, tidak dapat dipahami hanya menyangkut materi ajaran Islam, tetapi ia adalah juga proses menjalankan ajaran. Karenanya, ada dua kebenaran yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain yang datangnya dari Alloh SWT, yaitu proses menjalankan ajaran dan materi ajaran. Sebagaimana firman Alloh SWT;
Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
(QS 17/al-Isro': 105-106)
Adapun orang-orang yang telah menempuh manhaj yang diridhai Alloh SWT adalah para as-Saabiquuna al-awwaluun sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an;

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
(QS 33/al-ahzab: 21)
Rosululloh SAW adalah uswah yang baik bagi manusia, dan ikutan bagi orang-orang beriman. Mengambil uswah pada beliau dan mengikuti sunnahnya tidak terkecuali dalam hadits yang disebutkan pada bagian berikut.
2. Landasan Al-Hadits
Manhaj yang diridhai Alloh SWT sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an tersebut di atas adalah manhaj nubuwah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits;
Dari Hudzaifah, ia berkata bahwa Rosulullah saw bersabda: "Adalah nubuwah itu ada pada kalian apa yang Allah kehendaki terjadi. Kemudian Alloh mengankatnya manakala Alloh menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah di atas manhaj nubuwah itu, maka terjadilah apa yang Alloh kehendaki terjadi. Kemudian Alloh mengankatnya manakala Alloh menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada (pemegang) kekuasaan yang berlaku aniaya dan zhalim kepada rakyatnya, maka terjadila apa yang Alloh kehendaki terjadi. Kemudian Alloh mengangkatnya manakala Allah menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada (pemegang) kekuasaan yang sewenang-wenang, maka terjadilah apa yang Alloh kehendaki terjadi. Kemudian Alloh mengangkatnya manakala Alloh menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah di atas manhaj nubuwah(HR Ahmad, al-Musnad, Musnad al-Kuufiyyiin, Hadits no. 17680)
Dalam hadits lain:
Dari Sa'id bin Jumhan dari Safinah, ia berkata bahwa Rosululloh saw telah bersabda: "Khilafah nubuwah akan berjalan tigapuluh tahun, kemudian Alloh mendatangkan kekuasaan itu atau kekuasaan-Nya kepada orang yang Ia kehendaki. (HR Abu Daud, As-Sunnah, kitab As-Sunnah, Hadits no. 4028)
Dalam hadits yang lainnya lagi:
Dari al-Irbadh bin Sariah dikatakan, Rosululloh saw bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian taqwa kepada Alloh SWT, mendengar dan taat, walaupun kepada (pimpinan orang-orang yang beriman adalah) seorang abdi bangsa Habasyi. Sesungguhnya, barang siapa diantara kalian yang hidup sesudahku mendapati ikhtilaf yang banyak, maka kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa' ar-raasyidin yang mendapat petunjuk. Pegangilah wasiat (yaitu taqwa kepada Alloh SWT, mendengar dan taat kepadanya) itu kuat-kuat, dan gigitlah dengan geraham. Dan awaslah kalian terhadap perkara-perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat. (HR. Abu Daud, Hadits no. 3991).
Sesuai dengan firman-Nya tersebut di atar (QS 17/al-Israa' : 105-106), Alloh SWT menyebutkan bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada Muhammad saw tidak sekaligus, tetapi dengan cara bertahap. Sekali waktu Alloh menurunkan lima ayat, kali yang lain tujuh ayat, sepuluh ayat, dan seterusnya. Bahkan ada kalanya dalam satu surah Allah SWT menurunkan masing-masing ayat dalam waktu yang berbeda-beda. Hal ini tentu merupakan wewenang mutlak Alloh SWT. Manusia hanya dapat memahami maksudnya melalui informasi yang disampaikan Alloh SWT.
Tentu saja ada maksud dan tujuannya Al-Qur'an diturunkan secara bertahap dan tidak langsung. Dalam hal ini Alloh menjelaskan;
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).(QS 25/ al-Furqaan : 32)

Tegasnya, Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur mengandung hikmah dan tujuan antara lain :
Agar lebih menguatkan hati dan hapalan
Agar lebih mudah dibaca dan diajarkan kepada ummat
Agar ummat yang menerima pengajaran dari Rosululoh saw dapat melaksanakannya sedikit demi sedikit. Perintah dapat dilaksanakan dan dilarang bisa dijauhi secara sempurna
Agar lebih kontektual, disesuaikan dengan tuntutan sempurna
Agar tujuan di atas dapat dicapai dengan sempurna, maka Alloh SWT member bimbingan kepada kita agar tidak membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan tergesa-gesa. Al-Qur’an hendaknya dibaca dengan pelan dan penuh pemahaman.

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya. (QS 75/ al-Qiyamah : 16 – 19)

Apa yang digariskan dalam ayat di atas, dipraktekkan Rosululoh saw ketika membina para sahabat. Demikian juga para sahabat meniru pengajaran Al-Qur’an yang disampaika Rosululoh saw. Berikut ini penuturan para sahabat Nabi :
Berkata Abu Abdirrahman As-Salami: “Telah menceritakan guru-guru yang mengajarkan Al-Qur’an kepada kami, bahwasannya mereka mempelajari Al-Qur’an dari Nabi saw, dan apabila mereka mempelajari sepuluh ayat, mereka tidak berpindah darinya sehingga mereka mengetahui maksudnya dan amalannya. Maka mereka mengajaran Al-Qur’an kepada kami dan cara mengamalkannya”
Abu Nadrah berkata: ”Abu Said al-Khudri mengajarkan Al-Qur’an kepada kami lima ayat di waktu pagi dan kima ayat di waktu sore. Dia memberitaukan bahwa Jibril menurunkan Al-Qur’an lima ayat lima ayat” (HR. Ibnu Asakin)
Dari Khalid bin Dinar dikatakan: “Abu Aliah berkata kepada kami “Pelajarilah Al-Qur’an itu lima ayat lima ayat, karena Nabi saw mengambilnya dari Jibril lima ayat demi lima ayat (HR Baihaqi)
Sayyidina Umar berkata: “Pelajarilah Al-Qur’an itu lima ayat demi lima ayat, karena Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi saw lima ayat demi lima ayat.
” (HR. Baihaqi, dari kitab Suabul Iman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar