Instrumen Ber-iqro’

Tuhan telah membekali manusia dengan beberapa instrument, yang menjadi alamat manusi memperoleh pengetahuan untuk mencapai kebenaran dan kesadaran hakiki. Instrument itu adalah;

a. Pancaindra
Indra manusia yang lima, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pancaindra ini sangat berguna untuk menangkap pesan tentang bebda-benda yang ada di sekelilingnya. Melalui penangkapan pancaindra tersebut manusia memperoleh pengetahuan. Manusia tidak akan memperoleh informasi apapun seandainya kelima indranya tidak berfungsi. Ini menunjukkan indra menempati posisi yang sangat penting bagi manusia.
Sekalipun peranannyanyang sangat besar untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai kebenaran, kemampuan indra sangat terbatas.ia hanya mampu menangkap gejala-gejala fisik, sedangkan terhadap non-fisik, indra tidak punya kemampuan menangkapnya. Dan yang lebih penting, pancaindara dapat melakukan kesalahan. Contoh yang dapat kita lihat setiap hari, bagaimana sebuah pensillurus dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air akan terlihat bengkok. Apabila kita mempercayai seratus persen informasi yang diperoleh pancaindra,kita akan sering tertipu. Jadi sangat naïf bila orang tidak percaya adanya Pencipta alam raya ini hanya karena tidak pernah melihat-Nya. Maka kebenaran yang dicapai pancaindra adalah kebenaran yang bersifat obyektif indrawi.
b. Akal
Akal yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah akal yang berfungsi pada tatanan rasionalitas, bukan akal yang bermakna qolbu. Jika indra hanya mampu menangkap gejala-gejala yang bersifat fisik, maka akal dalam hal ini, memiliki kemampuan untuk mengumpulkan data, menganalisa, mengolah dan membuat kesimpulan dari yang telah ditangkap oleh pancaindra.
Sebuah batu melesat di depan kita. Mata hanya melihat, bahwa ada benda yang melayang. Sedangkan akal menganalisa, benda yang melayang itu bukan kapas, tetapi batu. Akal mengatakan batu itu keras, kalau kena kepala tentu akan terasa sakit. Aka juga menyimpulkan, pasti ada yang melemparnya, tidak mungkin batu itu terbang dengan sendirinya. Demikianlah akal bekerja bagi manusia.
Kemampuan akal diakui memang sangat tinggi, akan tetapi ia tidak akan berarti apa-apa apabila tidak didukung oleh pancaindra. Akal hanya dapat bekerja apabila manusia mendapatkan informasi dari pancaindranya. Jadi indra adalah alat bagi akal manusia. Dengan demikian, apa yang mampu dipikirkan oleh akal adalah apa yang tertangkap dan diinformasikan oleh pancaindra. Akal memiliki keterbatasan. Nyatanya, banyak hal dalam kehidupan kita sehari-hari yang tidak mampu dipecahkan oleh akal manusia. Maka pengetahuan dan kebenaran yang dicapai oleh akal, bersifat obyektif rasional.
c. Intuisi atau Ilham
Selama ini pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang banyak dikembangkan oleh manusia di abad modern adalah produk dari indra dan penalaran akal manusia. Padahal ada sumber lain yang juga diakui oleh banyak kalangan. Memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi daripada indra dan akal. Sumber itu adalah intuisi. Atau dalam bahasa agama disebut ilham.
Intuisi atau Ilham didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang tengah memusatkan perhatiannya, memikirkan serta merenungkan suatu masalah, tiba-tiba saja mendapatkan jawabannya. Tanpa melalui proses imiah yang kita kenal, tiba-tiba ia sudah sampai pada kesimpulan yang benar. Atau bisa juga datangnya jawaban tersebut diperoleh tidak dalam keadaan sepenuhnya sadar, seperti melalui mimpi misalnya.
Tidak semua orang bisa mendapatkan kemampuan intuitif dan ilhami seperi ini. Pada umumnya yang memperoleh adalah orang-oang yang melkukan mujahadah melalui kontemplasi (perenungan), ibadah dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Alloh SWT, sebagaimana banyak kita temukan pada orang-orang yang sholeh. Tetapi kebenaran yang dicapai dengan cara ini relative, yaitu subyektif spiritual. Sebab setiap orang memiliki kadar spiritual sendiri. Apa yang cocok untuk seseorang belum tentu cocok untuk orang lain. Karena itu, cara seperti ini juga tidak dapat dijadikan pedoman secara mutlak.
d. Wahyu
Sebagaimana telah dijelaskan, kemampuan yag dimiliki manusia sangat terbatas. Hal yang bersifat fisik saja banyak yang masih menjadimisteri bagi manusia, apalagi yang bersifat non-fisik. Padahal dalam kehidupan ini manusia tidak dapat melepaskan diri dari hal-halyang bersifat non-fisik dan irrasional, seperti latar belakang penciptaan manusia, hari kemudian serta akhirat. Untuk persoalan-persoalan yang ghaib seperti ini manusia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk memahaminya
Alloh SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Maha Rahim mengirimkan para nabi yang membawa wahyu dar sisi Alloh SWT untuk menyampaikan berita-berita yang tidak mungkin dicapai oleh manusia. Wahyu membimbing manusia agar tidak tertipu oleh indra dan akalnya yang terbatas itu. Wahyu memberikan kepastian agar akalmanusia tidak berkelana tanpa arah yang menjadikannya tersesat dari kebenaran yang sesungguhnya.
Wahyu adalah pengetahuan dan kebenaran tertinggi, karena dia dating ari Dzat yang Mahatinggi, yang Mahatahu segala rahasia alam semesta ini. Wahyu Tuhan adalah kebenaran yang bersifat mutaq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar