Makna Iqro’

Iqro’ adalah fi’il amar (kalimat perintah), artinya “Bacalah”. Al-Maraghi dan Rasyid Ridha menafsirkan perintah iqro’ dengan kalimat “Jadilah pembaca, dimana sebelumnya anda tidak demikian”. Imam Hanafi menafsirkan : “Laksanakanlah yang telah diperintahkan Al-Qur’an”. Al-Jamal menyatakan : “Simaklah apa yang dibacakan”. Sedangkan Fakhrur Razi menyatakan : “Bacalah, yang pertama-tama utuk dirimu sendiri. Kemudian sampaikan kepada orang lain”.
Buya H Abdul Malik Ahmad dalam Tafsir Sinarnya menyatakan, Bahwa pada pokoknya perintah bacalah, menghendaki perpdahan dari pasif menjadi aktif, dari diam kepada bergerak, yaitu “Bacalah yang tertulis, sehingga pengetahuan dan keahlian bertambah. Bacalah yang didiktekan, diajarkan oleh utusan Tuhan sampai kamu sendiri mengerti dan yang medengar memahami. Bacalah yang termaktub dalam rahasia alam yang beraneka warna, agar kamu menjadi sadar dan mendapat sinar iman”.
Jadi membaca itu ada proses timbal-baik antara individu secara total dengan informasi simbolik yang dibaca. Artinya, seseorang yang membaca akan memperoleh ilmu. Memaca Al-Qur’an berarti menimba ilmu dari Al-Qur’an.menbaca alam berarti menggali ilmu dari Alam. Jadi, membaca tidak sekedar melihat atau mengeja bacaan tanpa mengetahui arti. Meskipun khusus untuk Al-Qur’an membunyikannya saja tanpa mengetahui artinya sudah berpahala. Tapi sesungguhnya perintah membaca punya makna lebih dari sekedar membunyikan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tafsir tersebut dapat kita ambil kesimpulan, bahwa mkna perintah “membaca” tersebut mengandung beberapa pengertian :

a. Bacalah ayat-ayat Alloh SWT yang tertulis, yaitu Al-Qur’anul-Karim sebagai Kalamuloh atau ayat-ayat Alloh SWT yang bersifat qauliyyah sabagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat lainnya.

Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.(QS 17/al-Isroo’: 45)

Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.(QS 75/al-Qiyamah : 18)

b. Bacaah Ayat-ayat Alloh yang tercipta dan terdapat di alam semesta (kauniyyah). Pengertian ini didasarkan pada suatu realitas yang terjadi pada diri Muhammad ketika peristiwa turunya wahyu pertama. Pada saat turunya wahyu tersebut, belum pernah ada satu pun ayat Allah SWT yang pernah diturunkan kepadanya. Disamping itu, perintah membaca dalam ayat tersebut tidak secarategas dinyatakan objeknya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perintah membaca tersebut tidak dibatasi hanya terhadap Al-ur’an, tetapi juga ayat-ayat Alloh SWT lainnya yang bertebaran di jagat raya ini, baik yang tampak maupun tidak tampak, kejadian dan peristiwa masa lalu, sekarang maupun yang akan datang.
Sehubungan dengan perintah membaca dalam pengertian yang luas, dalamAl-Qur’an kita dapati ratusan ayat, yang memerintahkan manusia agar melihat, memperrhatikan, memikirkan, merenungkan setiap kejadian di alam ini,sebagaimana firman Allah SWT :

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.(QS 30/ar-Ruum :8)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
(QS 3/ali-Imron :190-191)

Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
(QS Ali-Imron: 137).

Dalam Al-Qur’an, Alloh SWT menyebutkan perintah membaca dengan bahasa yang berbeda-beda, tetapi esensinya tetap sama. Yaitu agar manusia menggunakan instrument-instrumen yang diberikan kepadanya sebagai alat untuk memperoleh kebenaran yang hakiki. Beberapa istilah yang digunakn Alloh SWT dalam Al-Qur’an tersebut, seperti yang berasal dari kata dasar “sami’a” yang artinya mendengar atau menbaca dengan telinga. Yang berasal dari kata dasar “bashara”, “nazhara” dan kata “ra’a”, yang artinya melihat, atau membaca dengan mata. Juga bersal dari kata dasar “aqala”, “alima”, “arifa”, dan “dzakara”, yang artiya membaca dengan aqal dan hati nurani.

1 komentar:

  1. terima kasih yah atas infonya, saya cari artikel lain mengenai Iqro tidak ada, alhamdulillah saya dapat artikel ini.

    BalasHapus