Mengenal Eksistensi Robb Melalui Fenomena Alam

Bila wahyu pertama Alloh SWT memerintahkan manusia ber-iqro’ tanpa menunjukkan objeknya secara eksplisit, maka pada ayat-ayat yang lain Alloh SWT secara jelas memerintahkan kita membaca alam raya sebagai ayat-ayatNya. Eksistensi Alloh SWT disamping dapat digali dari wahyu-wahyuNya, juga dapat dikenali lewat ciptaanNya.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS Ali Imran : 190)

Metode Mengenal Robb

Alloh SWT telah memberikan kelengkapan instrumen bagi manusia untuk menggali sendiri kebenaran dan mengenal Robbnya. Pada wahyu pertama Alloh menyentak manusia untuk iqro’ bismirobbik. Perintah ini menyiratkan kepada ummat manusia untuk menggunakan seluruh kemampuan instrumennya untuk menembus hakekat kebenaran. Mengenal Robb merupakan kebenaran asasi yang harus digali sendiri oleh setiap manusia beriman. Sebab dari sinilah awal keyakinan, ibadah dan pengorbanan diletakkan. Manakala manusia telah mampu menemukan kebenaran hakiki, maka akan mudah proses selanjutnya dalam beriqro’.

Fitrah Ber-Tuhan

Sebenarnya, setiap manusia itu telah memiliki kesadaran untuk menyandarkan diri kepada yang lebih kuat darinya, atau dalam istilah lain disebut fitrah ber-Tuhan. Keadaan itu sudah ada dan menjadi awan sejak seorang manusia lahir ke dunia. Banyak bukti-bukti yang dapat dijadikan penguat akan hal tersebut, antara lain adalah;

Perbandingan Metode Ber-Iqro’

Sekarang, coba dibuat sebuah perbandingan antara metode dalam beriqro'
a. Instrument
Iqro’ Bismirobbik menggunakan semua instrumen diri secara optimal dan proporsional. Instrument indra, rasio, dan spiritual diciptakan oleh Alloh SWT untuk membaca ayat-ayat-Nya. Namun ketiga instrumen ini masih belum memadai, karena memiliki keterbatasan. Karena itu manusia memerlukan wahyu sebagai instrumen membaca, yaitu sebagai pedoman dan referensi hidup yang pasti. Seseorang yang tidak mau menggunakan instrumen ini secara optimal tidak akan mencapai kebenaran yang hakiki. Mereka yang dapat menggunakan instrumen ini secara padu disebut ulul albab, yaitu orang-orang yang membaca ayat-ayat Alloh di alam semesta dengan keterpaduan dzikir dan fikir (QS 3/ali Imron :190-191)

Kendala Iqro’ Bismirobbik

Banyak orang yang beriqro’, tapi tidak mencapai kebenaran yang hakiki. Mereka dapat melihat keajaiban alam raya tetapi tidak menghantarkan dirinya semakin beriman,malah kesombongan yang bertambah. Perkembangan iptek yang seharusnya membawa kesejahteraan malah mendatangkan malapetaka. Semua ini karena orang belum mengembangkan sains dan teknologi dengan landasan bismirobbik. Bahkan ada yang sudah membaca Al-Qur’an, tetapi tidak dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai ikutan, malah mempolitisir ayat-ayat suci untuk kepentingan sesaat. Kebenaran kadang sudah di depan mata, tetapi manusia tidak dapat atau juga tidak mau mengambilnya. Ada beberapa kendala yang membelenggu manusia sehingga tidak mampu mencapai kebenaran. Seruan-seruan kebenaran tidak didengar, berita-berita alam akhirat yang menggemparkan tidak dipercayainya. Semua dianggap sebagai angin lalu. Mengapa? Ada “penjara jiwa” yang menjadi kendala seseorang untuk beriqro’ Bismirobbik. Kendala-kendala itu antara lain :

Pengetian Iqro’ Bismirobbik

Dengan demikian menjadi sangat jelas yang dimaksud perintah Alloh SWT dalam surat pertama yang pertama turun. Meskipun sangat singkat, tapi ayat ini telah memberikan penjelasan yang lengkap terhadap pertanyaan yang akan timbul. Berikut ini beberapa pengertian Iqro’ Bismirabbik :

Awal Perubahan

Turunya wahyu pertama ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah kemanusiaan. Sejak turunnya wahyu pertama ini, Alloh SWT berkenan memberikan bimbingan kepada umat manusia menuju jalan yang lurus dan benar secara berturut-turut dan berangsur-angsur. Dari berbagai petunjuk-Nya yang suci itu, Alloh AWT memberikan tuntunan pola membaca yang benar sebagai wahyu yang pertama. Seluruh perubahan menuju peradaban yang agung itu dimulai dengan perubahan yang pertama, yaitu “Iqro’ bismirobbika alladzi khalaq”.