Memulai Ber-Qur'an

Dari mana memulai ber-Qur'an ? Jawabannya akan lebih dari satu. Ada yang menjawab al-Fatihah, sebab al-Fatihah itu Ummul-Qur'an. Mungkin ada yang menjawab al-Ikhlas, bukankah al-Ikhlas berisi pesan tauhid secara eksplisit ? Tetapi kalau kita mengacu pada perjalanan ber-Qur'an Rosul, maka jawabnya cuma satu, yaitu dari iqro'. Perintah inilah yang pertama kali turun kepada Rosulullah. Tentu bukan sembarangan perintah iqro' diturunkan pertama kali, tetapi mengandung makna yang sangat luas. Hanya Alloh SWT yang tahu secara persis tujuannya, antara lain ;

a. Islam Harus dimulai dari Kesadaran
Untuk memulai berislam dengan benar, maka harus dimulai dengan kesadaran, bukan sekedar ikut-ikutan. Dan kesadaran akan lahir dari hati setelah beriqro' terlebih dahulu. Berislam dari beriqro' ini akan mampu membawa seseorang membuat perubahan-perubahan Qur'ani dalam dirinya dan lingkungannya. Dari sini kita memahami pentingnya perintah iqro' yang mengantarkan seseorang untuk bertauhid secara sadar. Bisa saja kita memerintahkan orang untuk sekedar mengucap syahadat secara lisan tanpa kesadarannya sendiri. Tetapi ucapan tanpa kesadaran tak bermakna. Pernyataan seseorang yang tak sadar tak dapat dijadikan pegangan. Orang yang demikian mustahil untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi pernyataannya itu. Tanpa kesadaran seseorang tak bisa melakukan perubahan dirinya dari dalam. Dia akan sangat tergantung lingkungannya. Sikap dan tingkahnya hanya mengikuti tradisi, bukan pilihan kesadaran hati. Karena itu dikatakan: awalnya dien itu mengenal Alloh SWT. Setelah seseorang mengenal Alloh SWT secara sadar sebagai hasil ber-iqro'nya sendiri, baru diennya bernilai.
Seseorang yang menjalankan sesuatu tanpa kesadaran tauhid tidak punya nilai dan makna. Sebab aspek batiniah hanya dapat hanya dapat disertai dengan kesadaran, dalam hal ini niat karena Alloh SWT. Bila dia melakukan sesuatu hanya bersifat batiniah saja, yakni kebiasaan atau paksaan. Padahal segala amal termasuk ibadah hanya dinilai dari niatnya. Ibadah yang kehilangan makna tidak akan memberikan buah. Sholat dilakukan, tetapi kemungkaran tetap jalan.

b. Dengan disertai kesadaran, Islam menjadi kebutuhan.
Seseorang yang memilih Islam sebagai agamanya secara sadar, akan merasakan Islam sebagai kebutuhan,bukan sebagai beban atau paksaan. Dia butuh Islam karena menyadari akan posisi dirinya sebagai hanba Alloh SWT dan posisi Alloh SWT sebagai Penciptanya. Sudah menjadi fitrah manusia ingin berterima kasih kepada Dzat yang maha segala-galannya. Dengan lahirnya kesadaran ini, dia akan mampu menikmati komunikasi dan pengorbanannya kepada Alloh SWT. Berislam akan terasa ringan dan mudah. Dengan demikin, seseorang yang berislam dari kesadaran akan mampu mengembangkan bobot dan kualitas imannya lebih jauh.
Berbeda halnya bila seseorang sejak awal berislam bukan dari kesadaran, maka akan mersakan Islam sebagai beban. Ibadah-ibadah yang dilakukan akan dirasakan sebagai keterpaksaan. Bila sudah demikian,ia akan sulit mengembangkan nilai-nilai Al-Qur’an. Bahkan tidakmustahil bobot keislamannya akan semakin berkurang. Agar tidakterjadi kemungkinan jelek ini,maka tidak ada pilihan lai kecuali membuka kesadaran hatinnya.

c. Islam Harus Menjadi Pilihan Kesadaran
tidak ada paksaan dalam agama, karena sungguh telah jelas petunjuk dan kesesatan. Alloh SWT memberikan kemerdekaankepada manusia untuk memilih jalan hidupnya, jaan iman atau kufur. Masing-masing telah dibentangkan cara mencapainya dan konsekuensinya. Seseorang yang berislam setelah beriqro’ akan menjadikan Islam sebagai petunjuk kebenaran dalam hidupnya. Sebab ia tahu Islam sebagai petunjuk kebenaran dalamidupnya. Dia tidak mau menukar petunjuk dengan kesesatan. Islam dipilih karena disadari sebagai rahmat.

d. Punya Kemampuan Menyebarkan dan Memperjuangkan
bagi seseorang yang telah memilih Islam dengan kesadaran dan mampu menikmatinya akan tumbuh dorngandari dalam untuk menyebarkan Islam dan memperjuangkannya. Wajar bila sejakawa lahirnya Islam yang mulai dari turunya iqro’,gerak dakwah langsung berjalan. Orang-orang ya g berislam saat itu punya kemampuan menyebarkan dan memperjuangkan. Abu Bakar yabg baru masuk Islam langsung berusaha merekrut semua teman sejawatnya untuk masuk Islam. Dia ingin menikmati Islam bersama yang lain. Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Bilal dan lainnya mengenal Islam lantaran Abu Bakar. Bila seseorang berislamlantaran ikut-ikutan tanpa kesadaran sendiri, tidak aka nada dorongan berdakwah. Jangankan berdakwah untuk orang lain, mempertahankan keislamannya sendiri saja sudah berat. Perjalan ber-Qur’an yang penuh ujian dan tantangan ini hanya akan dapat ditempuh dengan istiqomah oleh oang yang sadar. Dan kesadaran itu hanya dapat dicapai melalui membaca. Orang yang berqur’an tanpa kesadaran akan mudah terombang-ambing oleh keadaan.

e. Al-Qur’an Berarti Bacaan
Iqro’sangat erat kaitannya dengan Al-Qur’an. Iqro’ berarti perintah membaca, sedang Al-Qur’an sendiri artinya bacaan. Alloh SWT pertama kali menurunkan wahyu-Nya memerintahkan hamba-Nya untuk membaca. Orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan informasijalan hidup yang benar. Dari membaca orang akan tahu sesuatu, mengenali sesuatu, kemudian menimbang-nimbang utuk selanjutnya memutuskan dan melaksanakan.
Perintah iqro’ini juga diuang-ulang dalam Al-Qur’an denganberbagai istilah. Intinya, mnusia diperintahkan untuk membuktikan sendiri adanya Alloh SWT Sang Pencipta. Alloh SWT juga memerintahkan manusia untuk beriqro’ pada dirinya sediri agar sadar bahwa dia makhluk yang diciptakan Alloh SWT. Kesadaran inilah yang akan mengantarkan manusiauntuk ikhlas meyembah Alloh SWT. Manusia yang tidakmenjalanka perintah ini dikutuk oleh Alloh SWT sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi (QS. 7/a-A’raaf: 179)

1 komentar: